Letak Kerajaan:
Kerajaan Kutai berdiri sekitar tahun 400-500
M. Kerajaan tersebut terletak di tepi Sungai Mahakam,tepatnya di Muara Kaman,
Kutai , Kalimantan Timur.
Sumber Sejarah
Sumber sejarah Kutai yang utama adalah berupa tujuh buah prasasti yang disebut
Yupa. Prasasti Yupa ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta.
Prasasti tersebut menerangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Silsilah Mulawarman sebagai raja termasyur kerajaan Kutai.
b. Kemuliaan Raja Mulawarman.
c. Hadiah Mulawarman kepada Brahmana.
Raja-Raja Kutai
1. Maharaja Kundungga, gelar anumerta Dewawarman
2. Maharaja Asmawarman (anak Kundungga)
3. Maharaja Mulawarman
4. Maharaja Marawijaya Warman
5. Maharaja Gajayana Warman
6. Maharaja Tungga Warman
7. Maharaja Jayanaga Warman
8.
Maharaja Nalasinga Warman
9. Maharaja Nala Parana Tungga
10. Maharaja Gadingga Warman Dewa
11. Maharaja Indra
Warman Dewa
12. Maharaja Sangga Warman Dewa
13. Maharaja Candrawarman
14. Maharaja Sri Langka Dewa
15.Maharaja Guna Parana Dewa
16. Maharaja Wijaya Warman
17.Maharaja Sri Aji Dewa
18. Maharaja Mulia Putera
19. Maharaja Nala Pandita
20. Maharaja Indra Paruta Dewa
21. Maharaja Dharma Setia
Kehidupan
Sosial
Berdasarkan isi prasasti-prasasti Kutai dapat diketahui bahwa pada abad ke-4 M
di daerah Kutai terdapat suatu masyarakat Indonesia yang telah banyak menerima
pengaruh Hindu. Masyarakat tersebut telah dapat mendirikan suatu kerajaan yang
teratur rapi menurut pola pemerintahan di India. Masyarakat Indonesia menerima
unsur-unsur yang datang dari luar (India) dan mengembangkannya sesuai dengan
tradisi bangsa Indonesia sendiri.
Kehidupan
Ekonomi
Dilihat dari letaknya, Kutai sangat strategis, terletak pada jalur aktifitas
pelayaran dan perdagangan antara dunia barat dan dunia timur. Secara langsung maupun
tidak langsung besar pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat Kutai, terutama
dalam bidang perekonomian masyarakatnya, dimana perdagangan juga dijadikan mata
pencaharian utama saat itu.
Kehidupan
Budaya
Salah satu yupa menyebutkan suatu tempat suci dengan kata Vaprakecvara, yang
artinya sebuah lapangan luas tempat pemujaan. Vaprakecvara itu dihubungkan
dengan Dewa Siwa. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa masyarakat Kuta
memeluk agama Siwa. Hal ini didukung oleh beberapa faktor berikut.
·
Besarnya pengaruh kerajaan Pallawa yang beragama Siwa menyebabkan agama Siwa
terkenal di Kutai.
· Pentingnya peranan para Brahmana di Kutai menunjukkan
besarnya pengaruh Brahmana dalam agama Siwa terutama mengenai upacara korban.
Kehidupan
Politik
Raja-raja
yang berhasil diketahui pernah memerintah kerajaan Kutai adalah sebagai
berikut.
·
Raja Kudungga, merupakan raja pertama yang berkuasa di kerajaan Kutai.
Kedudukan Raja Kudungga pada awalnya adalah seorang kepala suku. Dengan
masuknya pengaruh Hindu, ia mengubah struktur pemerintahannya menjadi kerajaan
dan menganggap dirinya menjadi raja, sehingga pergantian raja dilakukan secara
turun temurun.
· Raja Aswawarman, prasasti Yupa menyatakan bahwa Raja
Aswawarman merupakan seorang raja yang cakap dan kuat. Pada masa
pemerintahannya, wilayah kekuasaan Kutai diperluas lagi. Hal ini dibuktikan
dengan pelaksanaan upacara Aswamedha. Upacara-upacara ini pernah dilaksanakan
di India pada masa pemerintahan Raja Samudragupta, ketika ingin memperluas
wilayahnya.
·
Raja Mulawarman, adalah putra dari Raja Aswawarman. Ia adalah raja terbesar
dari kerajaan Kutai. Di bawah pemerintahannya kerajaan Kutai mengalami masa
yang gemilang. Rakyat hidup tentram dan sejahtera. Dengan keadaan seperti
itulah akhirnya raja Mulawarman mengadakan upaca kurban emas yang amat banyak.
B.Kerajaan Tarumanegara
1.Letak Kerajaan
Kerajaan Tarumanegara terletak di Jawa Barat, di tepi sungai Cisadane, sekitar
Bogor sekarang. Berdasarkan sumber sejarah, diduga Tarumanegara muncul setelah
Kerajaan Kutai, yaitu sekitar abad ke-5 M.
2.Sumber Sejarah
a.Prasasti Ciaruteun
Prasasti
Ciaruteun atau prasasti Ciampea ditemukan ditepi
sungai Ciarunteun, dekat muara sungai Cisadane Bogor prasasti tersebut
menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta yang terdiri dari 4 baris
disusun ke dalam bentuk Sloka dengan metrum Anustubh. Di samping itu terdapat
lukisan semacam laba-laba serta sepasang telapak kaki Raja Purnawarman.
Gambar telapak kaki pada prasasti Ciarunteun
mempunyai 2 arti yaitu:
- Cap
telapak kaki melambangkan kekuasaan raja atas daerah tersebut (tempat
ditemukannya prasasti tersebut).
- Cap
telapak kaki melambangkan kekuasaan dan eksistensi seseorang (biasanya penguasa)
sekaligus penghormatan sebagai dewa. Hal ini berarti menegaskan kedudukan
Purnawarman yang diibaratkan dewa Wisnu maka dianggap sebagai penguasa
sekaligus pelindung rakyat
b.Prasasti
Jambu
Prasasti Jambu atau prasasti Pasir Koleangkak, ditemukan di
bukit Koleangkak di perkebunan jambu, sekitar 30 km sebelah barat Bogor, prasasti ini juga menggunakan bahwa Sansekerta dan huruf Pallawa serta
terdapat gambar telapak kaki yang isinya memuji pemerintahan raja Mulawarman.
C.Prasasti
Kebun Kopi
Prasasti Kebonkopi ditemukan di kampung Muara Hilir kecamatan Cibungbulang Bogor . Yang
menarik dari prasasti ini adalah adanya lukisan tapak kaki gajah, yang
disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata, yaitu gajah tunggangan dewa Wisnu.
D. Prasasti Muara Cianten
Prasasti
Muara Cianten, ditemukan di Bogor, tertulis dalam aksara
ikal yang belum dapat dibaca. Di samping tulisan terdapat lukisan telapak kaki.
E.Prasasti Pasir awi
Prasasti
Pasir Awi ditemukan di daerah Leuwiliang, juga
tertulis dalam aksara ikal yang belum dapat dibaca.
F.Prasasti Cidanghiyang
Prasasti
Cidanghiyang atau prasasti Lebak, ditemukan di kampung
lebak di tepi sungai Cidanghiang, kecamatan Munjul kabupaten Pandeglang Banten.
Prasasti ini baru ditemukan tahun 1947 dan berisi 2 baris kalimat berbentuk
puisi dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Isi prasasti tersebut
mengagungkan keberanian raja Purnawarman.
G.Prasasti Tugu
Prasasti
Tugu di temukan di daerah Tugu, kecamatan
Cilincing Jakarta Utara. Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu bulat panjang
melingkar dan isinya paling panjang dibanding dengan prasasti Tarumanegara yang
lain, sehingga ada beberapa hal yang dapat diketahui dari prasasti tersebut
Hal-hal yang dapat diketahui dari prasasti
Tugu adalah:
- Prasasti
Tugu menyebutkan nama dua buah sungai yang terkenal di Punjab yaitu sungai
Chandrabaga dan Gomati. Dengan adanya keterangan dua buah sungai tersebut
menimbulkan tafsiran dari para sarjana salah satunya menurut
Poerbatjaraka. Sehingga secara Etimologi (ilmu yang mempelajari tentang
istilah) sungai Chandrabaga diartikan sebagai kali Bekasi.
- Prasasti
Tugu juga menyebutkan anasir penanggalan walaupun tidak lengkap dengan
angka tahunnya yang disebutkan adalah bulan phalguna dan caitra yang
diduga sama dengan bulan Februari dan April.
- Prasasti
Tugu yang menyebutkan dilaksanakannya upacara selamatan oleh Brahmana
disertai dengan seribu ekor sapi yang dihadiahkan raja.
Susunan raja - raja yang berkuasa
1. Jayasingawarman 358-382
2. Dharmayarman 382-395
3. Purnawarman 395-434
4. Wisnuwarman 434-455
5. Indrawarman 455-515
6. Candrawarman 515-535
7. Suryawarman 535-561
8. Kertawarman 561-628
9. Sudhawarman 628-639
10. Hariwangsawarman 639-640
11. Nagajayawarman 640-666
12. Linggawarman 666-669
Kehidupan Sosial
Masyarakat pada masa itu saling bekerjasama dan tercipta jalinan
kehidupan yang baik.
Kehidupan Ekonomi
Perekonomian Tarumanegara di samping utamakan
bidang pertanian, pelayaran dan perdagangan, juga perburuan dan perikanan
mendapatkan perhatian. Hal ini dapat dibuktikan melalui berita – berita
tentang barang – barang perdagangan dari
kerajaan Tarumanegara. Barang – barang yang diperdagangkan antara lain: cula
badak, gading gajah dan kulit penyu. Barang tersebut dapat diperoleh dari usaha
perburuan dan perikanan.
Kehidupan Budaya
Dalam kehidupan budaya dapatlah diperkirakan
Tarumanegara sudah mengalami kemajuan. Karena telah mengenal tulisan dan sudah
menerima pengaruh asing serta mengenal sistem kalender seperti yang tertera
dalam Prasasti Tugu.
Kehidupan Politik
Dalam kehidupan politik, kerajaan
Tarumanegara diperkirakan muncul abad ke-5M, hal ini berdasarkan bahasa sansekerta dan huruf
pallawa yang dipergunakan oleh prasasti
– prasasti kerajaan tarumanegara. Dan raja yang berkuasa adalah Purnawarman.
Wilayah kekuasaan Purnawarman meliputi hampir seluruh Jawa Barat dengan pusat kekuasannya di daerah
Bogor. Pada masa pemerintahan Purnawarman, Tarumanegara mencapai puncak
kejayaannya dan telah menjalin hubungan diplomatik dengan Cina.
C.Kerajaan Sriwijaya
1.Letak Kerajaan
Kerajaan Sriwijaya terletak di Palembang,
Sumatra Selatan. Kerajaan Srwijaya merupakan kerajaan yang terbesar di Asia
Tenggara.
2.Sumber – sumber sejarah
A.Prasasti kedudukan bukit, Ditemukan di
kedudukan bukit , di tepi sungai Tatang dekat Palembang. Isi Prasasti tersebut
menceritakan perjalanan suci/Sidayatra yang dilalukan Dapunta Hyang, berangkat
dari Minangatawman dengan membawa tentara sebanyak 20.000 orang. Dari
perjalanan tersebut berhasil menakhlukan beberapa daerah.
B.Prasasti Talang Tuo, Ditemukan di sebelah
barat kota Palembang. Prasasti ini menceritakan pembuatan Taman Sriksetra untuk
kemakmuran semua makhluk dan terdapat doa – doa yang bersifat Budha Mahayana.
C.Prasasti Telaga Batu, Ditemukan di telaga
batu dekat Palembang.
D.Prasasti Kota Kapur, ditemukan di kota
kapur pulau Bangka.
E.Prasasti Karang Berahi, ditemukan di Jambi
Hulu.
F.Prasasti Palas Pasemah, ditemuykan di
Lampung Selatan.
3.Susunan raja – raja yang berkuasa
1.Dapunta Hyang Sri Yayanaga,
2.Cri Indrawarman
3.Rudrawikrama
4.Wishnu
5.Maharaja
6.Balaputradewa
7.Cri Udayadityawarman
8.Cri Udayaditya
9.Cri Cudamaniwarmadewa
10.Maraviyatunggawarman
11.Cri Sanggrama Wijayatunggawarman
Kehidupan Sosial
Faktor lain yang menjadikan Sriwijayamenjadi
kerajaan besar adalah kehidupan sosial masyarakatnya meningkat dengan pesat terutama dalam bidang
pendidikan dan hasilnya Sriwijaya terbukti menjadi pusat pendidikan dan
penyebaran agama Budha di asia tenggara. Hal ini sesuai dengan berita I-Tshing
pada abad ke-8 bahwa sriwijaya terdapat 1.000 orang pendeta yang belajar agama
Budha di bawah bimbingan pendeta Budha terkenal yaitu Sakyakirti.
Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Sriwjaya memiliki letak yang
strategis di jalur pelayaran dan perdagangan Internasional Asia Tenggara.
Dengan letak yang strategis tersebut maka Sriwijaya berkembang menjadi pusat
perdagangan dan menjadi pelabuhan Transito sehingga dapat mendatangkan barang
dari dalam maupun dari luar. Dengan demikian kedudukan Sriwijaya dalam
perdagangan sangat baik. Hal ini juga didukung oleh pemerintaan raja yang cakap
dan bijaksana seperti Balaputradewa, Sriwijaya memiliki armada laut yang kuat
yang mampu menjamin keamanan di jalur – jalur pelayaran yang menuju Sriwijaya,
sehingga banyak pedagang dari luar singgah dan berdagang di wilayah kekuasaan
Sriwijaya tersebut.
Kehidupan Budaya
Kemajuan dalam bidang budaya, sampai sekarang
dapat diketahui melalui peninggalan – peninggalan suci seperti stupa, candi
atau patung/arca Budha seperti ditemukan di Jambi, Muaratakus, dan Gunung Tua
(Padang Lawas) serta di bukit Siguntang (Palembang).
Kehidupan Politik
Dalam kehidupan politik, dapat diketahui
bahwa raja pertama Sriwijaya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanaga, dengan pusat
kerajaanya ada dua pendapat yaitu pendapat pertama yang menyebutkan pusat
Sriwijaya di Palembang karena daerah tersebut banyak ditemukan prasasti
Sriwijaya dan adanya sungai Musi yang strategis untuk perdagangan. Sedangkan
pendapat kedua letak Sriwijaya di Minangatamwan yaitu daerah pertemuan sungai
Kampar kiri dan sungai Kampar kanan yang diperkirakan daerah Binaga yaitu
terletak di Jambi yang juga strategis untuk perdagangan.
D.Kerajaan Mataram Kuno
1.Letak Kerajaan
Kerajaan Mataram Kuno atau disebut Bhumi
Mataram. Pada Awalnya terletak di Jawa Tengah pada
abad ke-8, kemudian berpindah ke Jawa Timur pada abad ke-10.
2.Sumber – Sumber Sejarah
A.Prasasti Canggal, ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir di desa Canggal tahun 723M
dalam bentuk Candrasagkele.
B.Prasasti Kalasan, ditemukan di desa Kalasan
Yogyakarta tahun 778M, ditulis dalam huruf Pranagari (India Utara) dan
berbahasa Sansekerta. Isinya menceritakan pendirian bangunan suci untuk dewi
Tara dan biara untuk pendeta oleh raja Panangkaran atas permintaan keluarga
Syaelendra dan Panangkaran juga menghadiahkan desa Kalasan untuk para
Sanggha (umat Budha).
C.Prasasti Mantyasih, ditemukan di Mantyasih
Kedu, Jawa Tengah tahun 907M yang menggunakan bahasa jawa kuno.
D.Prasasti Klurak, ditemukan di desa
Prambanan tahun 782M ditulis dalam Pranagari dan bahasa Sansekerta isinya
menceritakan pembuatan arca Manjusri oleh Raja Indra yang bergelar Sri
Sanggramadananjaya.
E.Candi Pegunungan Dieng dan Candi Gedung
Songo, terletak di Jawa Tengah bagian Utara.
F.Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi
Plaosan, Candi Prambanan, Candi Sambi Sari, ditemukan di daerah Jawa Tengah
bagian Selatan.
3.Susunan raja – raja yang berkuasa
Dinasti Syailendra
Dinasti Sanjaya
Kehidupan Sosial
Berdasarkan bangunan cadi yang ada, baik yang
bercorak Hindu maupun Budha jumlah cukup banyak dan tempat atau lokasinyapun ada yang berdampingan, maka
hal ini membuktikan bahwa kehidupan sosial masyarakat Mataram sangat religius
dan dilandasi oleh rasa gotong royong yang baik, dan juga mempunyai rasa
toleransi antara pemeluk agama Hindu dan pemeluk agama Budha.
Kehidupan
Ekonomi
Dalam lapangan ekonomi, kerajaan Mataram
mengembangkan perekonomian agraris karena letaknya di pedalaman dan daerah yang
subur tetapi pada perkembangan berikutnya, Mataram mulai mengembangkan
kehidupan pelayaran, hal ini terjadi pada masa pemerintahan Balitung yang
memanfaatkan sungai Bengawan Solo sebagai lalu lintas perdagangan menuju pantai
utara Jawa Timur. Dengan adanya pengembangan perekonomian, maka timbul dugaan
bahwa dipindahkannya dari Jawa Tengah ke Jawa Timur karena alas an tersebut.
Kehidupan Budaya
Dalam kehidupan budaya, tentu tekonologi yang
dicapai Mataram sudah maju, bahkan masyarakat Mataram berhasil mengembangkan
budaya asing menjadi budaya baru yang bercirikan Indonesia. Hal ini terlihat
adanya penggunaan berbagai huruf dan bahasa yang beranekaragam dalam prasasti
yang dibuatnya.
Kehidupan Politik
Kerajaan Mataram diperintah oleh dua dinasti
atau wangsa yaitu wangsa Sanjaya yang beragama Hindu syiwa dan wangsa
Syaelendra yang beragama Budha. Pada Awalnya yang mungkin berkuasa adalah
wangsa Sanjaya, hal ini sesuai dengan Prasasti Canggal. Tetapi setelah
perkembangan berikutnyamuncul keluarga Syaelendra.
E.Kerajaan Kediri
1.Letak Kerajaan
Letak
kerajaan Kadiri (Kediri) / Panjalu diperkirakan berada di sebelah timur sungai
Brantas (diperkirakan berada di kota Kediri yang sekarang).
2.Sumber
– Sumber Kerajaan
-
Kitab Pararaton
-
Buku “Chu-fan-chi & Ling-wai-tai-ta” karya Chau-Ju-Kua (1178), yang
menyatakan bahwa di Indonesia kekuasan ditimur berpusat di Kediri).
- Prasast-prasasti Kediri
3.Raja – Raja Yang Berkuasa
1. Sri Jayawarsa Digjaya Sastraprabu.(Samarawijaya)
2. Sri Maharaja Rake Sirikan Sri Kameswara Sakalabhuwanatustikarana
3. Sri Maharaja Sri
Dharmeswara Madusudanawataranindita Suhrtisinga Parakarma Digjayatunggadewa
(Jayabaya)
4.
Sri Sarweswara
5.
Gandra
6.
Sringga
7.
Kertajaya
Kehidupan Sosial
Bahkan berdasarkan kedua kitab (kitab
Chi-Fan-Chi Dan Kitab Ling-Wai-Tai-Ta) tersebut diceritakan bahwa kehidupan
social masyarakat Kediri cukup baik karena kesejahteraan rakyat meningkat
masyarakat hidup tenang, hal ini terlihat dari rumah – rumah rakyatnya yang
baik, bersih, dan rapi dan berlantai ubin yang berwarna kuning, dan hijau serta
orang – orang Kediri telah memakai kain sampai di bawah lutut
Kehidupan Ekonomi
Ditilik
dari letaknya yang berada di tepi Sungai Brantas dengan sejumlah pelabuhan
besar, kita bisa mengetahui bahwa kehidupan perekonomian Kerajaan Kediri
didominasi oleh aktivitas perdagangan. Meskipun begitu, masyarakat Kediri juga
mengenal peternakan dan pertanian. Hasil Kerajaan Kediriantara lain beras,
kapas, dan ulat sutra. Dari hasil itulah, penghasilan para pegawainya dibayar
dengan menggunakan hasil bumi.
Kehidupan
Budaya
Pada
masa Kerajaan Kediri, berkembang beragam bentuk kesenian. Salah satu yang
paling menonjol adalah kesusastraan. Secara lebih lengkap akan dibahas pada
pembelajaran berikutnya. Hanya saja, dari beberapa kakawin dan prasasti bisa
ditemukan informasi bahwa masyarakat di Kerajaan Kediri hidup dalam
kesejahteraan. Ketenteraman kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Kediri bahkan
tertulis di dalam berbagai kitab yang berasal dari Cina. Misalnya kitab Ling-mai-tai-ta yang ditulis oleh
Cho-Ku-Fei tahun 1178 M dan kitab Chu-Fan-Chi
yang ditulis oleh Chau-Ju-Kua tahun 1225 M.
Kehidupan
Politik
Semenjak Airlangga membagi
kerajaan menjadi dua, konflik antara Jenggala dan Panjalu senantiasa terjadi.
Prasasti Banjaran (1052 M) menyebutkan kemenangan Panjalu atas Jenggala.
Demikian juga dengan kakawin Bharatayudha karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh,
memberitakan bahwa Panjalu memenangkan peperangan dan menguasai takhta Kediri.
Masing-masing raja Kediri memiliki lencana sendiri-sendiri. Misalnya Raja Kameswara
(1115–1130 M) mempunyai lencana Candrakapale
yaitu tengkorak bertaring. Selanjutnya, Raja Jayabaya (1130–1160)
menggunakan lencana Narasingha yaitu
manusia setengah singa. Periode Jayabaya merupakan puncak kejayaan Kediri. Pada
masa pemerintahan Raja Gandra, nama-nama orang menggunakan nama binatang.
Misalnya, Kebo Salawah, Manjangan Puguh, Macan Putih, Gajah Kuning, dan
lain-lain. Raja selanjutnya yang memerintah adalah Kertajaya dengan menggunakan
lencana Garudamuka.
Sikap kurang bijaksana dari raja ini menyebabkan ia tidak disukai oleh rakyat
dan kaum brahmana, hingga Kediri memasuki masa kehancuran.